Friday, February 15, 2013

KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANNYA

 
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANNYA
DOSEN : HARIYONO, SPd. MM





DISUSUN OLEH :
WINDI SUNARTI



PRODI D IV KEBIDANAN PENDIDIK
STIKES KARYA HUSADA PARE-KEDIRI
TAHUN AJARAN 2012-2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah teknologi pendidikan tentang “Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaannya”.
Tujuan penyusunan tugas ini terutama untuk evaluasi mahasiswa DIV Kebidanan  Pendidik Karya Husada Pare-Kediri yang menempuh mata kuliah teknologi pendidikan, namun tidak menutup kemungkinan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat juga menggunakannya.
Dalam menyusun tugas ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1.    Tintin Hariyani, SsiT., Mkes, selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Pendidik STIKES Karya Husada Pare-Kediri.
2.    Hariyono, SPd. MM, selaku dosen mata kuliah teknologi pendidikan  yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3.    Orang tua yang memberikan dukungan dan do’a.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada, kami menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya kami berharap semoga tugas ini berguna, khususnya bagi kami dan mahasiswa lainnya pada umumnya.




Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------   ii
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------- iii
BAB 1 PENDAHULUAN------------------------------------------------------- 1
1.1  Latar Belakang--------------------------------------------------------- 1
1.2  Rumusan Masalah------------------------------------------------------ 2
1.3  Manfaat---------------------------------------------------------------- 2
BAB 2 PEMBAHASAN--------------------------------------------------------- 3
2.1  Kehamilan-------------------------------------------------------------- 3
2.2  Komplikasi Kehamilan------------------------------------------------- 9
2.3  Perdarahan------------------------------------------------------------- 10
2.4  Pre-Eklamsia/Eklamsia------------------------------------------------- 12
2.5  Kelainan Letak (Letak Lintang dan Letak Sungsang)----------------- 13
2.6  Hidramnion--------------------------------------------------------- --- 15
2.7  Ketuban Pecah Dini---------------------------------------------------- 16
2.8  Penyakit Jantung------------------------------------------------------- 18
2.9  Tuberculosis------------------------------------------------------------ 19
2.10 Anemia---------------------------------------------------------------- 20
2.11 Malaria----------------------------------------------------------------- 21
2.13 Nasihat-nasihat untuk Ibu Hamil-------------------------------------- 22
BAB 3 PENUTUP
3.1  Kesimpulan------------------------------------------------------------- 25
3.2  Saran------------------------------------------------------------------- 25



BAB I

PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo (2009 : 53), mengatakan bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 : 54).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika dibandingkan dengan AKI di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara. Seperti di banyak negara lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan oleh perdarahan menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis. Ironisnya semua penyebab utama tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25 %, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %),komplikasi aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebab lain (8 %).

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1        Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?
1.2.2        Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?
1.2.3        Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan?

1.3         Manfaat
1.3.1        Untuk menjelaskan tentang kehamilan dan komplikasi kehamilan.
1.3.2        Untuk menjelaskan tentang apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan.
1.3.3        Untuk menjelaskan tentang penatalaksanaan komplikasi kehamilan.

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1         KEHAMILAN
2.1.1    Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003 : 19).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008 : 213).
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan diri,dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat, kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Sarwono Prawirohardjo, 2000).
2.1.2   Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
2.1.2.1       Tanda tidak pasti kehamilan.
1)    Amenorea (tidak dapat haid).
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagle : HT – 3 (bulan + 7).
 2)   Mual dan muntah.
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”.
3)    Mengidam.
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4)    Pingsan.
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5)    Anoreksia (tidak ada selera makan).
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.
6)    Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
7)    Miksi sering.
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
8)    Konstipasi atau obstipasi.
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
9)    Pigmentasi (perubahan warna kulit).
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
10)  Epulis.
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan pertama.
 11) Varises (pemekaran vena-vena).
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena.
12)  Penampakan pembuluh.
Darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.
2.1.2.2   Tanda kemungkinan kehamilan
1)    Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran perut.
2)    Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
3)    Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.
4)    Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
5)    Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
6)    Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan.
7)    Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus.
8)    Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
2.1.2.3   Tanda pasti kehamilan
1)  Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
2)  Denyut jantung janin
(1)  Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec.
(2)  Dicatat dan didengar dengan alat doppler.
(3)  Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
(4)  Dilihat pada ultrasonografi.
3)   Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen
2.1.2.4   Perawatan ibu hamil
Perawatan adalah proses menjaga kehamilan mulai dari diketahui adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampai dengan menjelang persalinan, agar ibu dan janin terjaga keselamatannya dan sehat (Lamadhah, 2008 : 49).
Perawatan ibu hamil berdasarkan BKKBN (2003 : 26), meliputi:
1)   Merawat diri selama hamil
2)   Cukup istirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada malam hari. Posisi tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidur dengan posisi miring ke kanan atau ke kiri secara bergantian.
3)    Makan makanan yang mengandung gizi seimbang
4)    Senam hamil yang bermanfaat untuk kelancaran proses persalinan.
5)   Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1-3 bulan dan pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
6)   Ibu hamil hendaknya menggunakan pakaian yang longgar dan memakai kutang/ BH yang sesuai dengan ukuran payudara.
2.1.2.5   Program antenatal care atau pemeriksaan kehamilan
1)   Pengertian
 Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001).
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan yaitu : satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada trimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid (Saifuddin, 2001).
2)    Tujuan antenatal
 Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atau antenatal care bertujuan untuk :
(1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
(2)  Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
(3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
(4)  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
(5)  Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI eksklusif.
(6)  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3)   Langkah-langkah asuhan antenatal care
Dalam rangka program pelayanan selama hamil dalam penilaian untuk menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi TT2 dan cakupan pemberian Fe 90 tablet pada ibu selama hamil (Manuaba,1999).
Menurut Saifuddin (2002), agar ibu mendapatkan semua informasi yang diperlukan, maka petugas kesehatan akan memberikan asuhan antenatal yang baik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1)  Sapa ibu juga keluarga dan membuatnya merasa nyaman.
(2) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti apa yang diceritakan oleh ibu.
(3)  Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja.
(4)  Melakukan pemeriksaan laboratorium.
(5) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah kehamilannya normal (tekanan darah dibawah 140/90 mmHg, edema hanya pada ekstremitas, tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan usia kehamilan, denyut jantung janin 120-160 denyut per menit, gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan).
(6) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat:
a. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi penolong dan tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan.
b. Bekerja sama dengan dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah, mengadakan persiapan finansial dan mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.
(7)  Memberikan konseling : gizi yaitu peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari dan mengkonsumsi makanan seimbang, latihan yang tidak berlebihan dan beristirahat jika lelah, perubahan fisiologis yang terjadi dan cara mengatasinya, menasehati agar mencari pertolongan segera bila mengalami tanda-tanda bahaya.
(8) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.
(9)   Menjaga kebersihan diri.
(10) Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20.
(11) Memberikan imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya sudah mendapatkan.
(12) Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
(13) Mendokumentasikan kunjungan tersebut. 

2.2         KOMPLIKASI KEHAMILAN
2.2.1        Pengertian
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
2.2.2        Macam-macam komplikasi kehamilan
Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
2.2.2.1   Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
1)   Perdarahan
2)   Pre-eklampsia/eklampsia
3)   Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
4)   Hidramnion
5)   Ketuban Pecah Dini
2.2.2.2   Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :
1)   Penyakit Jantung
2)   Tuberculosis
3)   Anemia
4)   Malaria
2.2.2.3  Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Dewi, 2009).

2.3    PERDARAHAN
2.3.1    Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi (Rochjati, 2003).
Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin bagian bawah (Depkes RI, 2000).
2.3.2    Klasifikasi perdarahan
2.3.2.1   Plasenta previa
1)    Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
2)   Gejala dan tanda
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
3)   Penanganan
Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal maupun vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan observasi dengan teliti.
2.3.2.2   Solusio plasenta
1)   Pengertian
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
2)   Gejala dan tanda
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3)   Penanganan
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan di rumah sakit (Saifuddin, 2002 : 92).

2.4    PRE-EKLAMSIA/EKLAMSIA
2.4.1    Pengertian
Pre eklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari laboratorium. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat (Dewi, 2009).
2.4.2    Klasifikasi
2.4.2.1   Pre eklamsia
1)    Pengertian
Pre eklamsia adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pasca persalinan (Prawirohardjo, 1999).
2)    Gejala dan tanda
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, kenaikan tekanan darah secara mendadak sampai 140/90 mmHg atau lebih, proteinuria sebanyak 0,3 gram/liter dalam air kencing 24 jam.
3)    Penanganan umum
Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium, obat anti hipertensi dan dirawat di rumah sakit bila ada kecenderungan menjadi eklamsia.
 2.4.2.2   Eklamsia
1)    Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia berat” ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak.
2)    Gejala dan tanda
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia berat (hipertensi, oedem, dan protein urine) dan kejang atau koma, kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.
3)    Penanganan
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat. (Prawirohardjo, 2008 : 212).

2.5    KELAINAN LETAK (LETAK LINTANG DAN LETAK SUNGSANG)
2.5.1    Letak Lintang
2.5.1.1   Pengertian
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul (Hariadi, 1999).
2.5.1.2   Penyebab
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Faktor – faktor tersebut adalah :
1)  Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
2)   Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
3)   Gemelli (kehamilan ganda).
4)   Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.
5)   Lumbar skoliosis.
6)   Pelvic, kandung kemih, dan rektum yang penuh (Mochtar, 1998).
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek (Hariadi, 1999).
2.5.1.3   Penanganan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki, 2000).
2.5.2    Letak Sungsang
2.5.2.1   Pengertian
Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak sungsang lebih sukar lahir, karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003).
2.5.2.2   Penyebab
Menurut Manuaba (1998), penyebab letak sungsang dapat berasal dari pihak ibu (keadaan rahim, keadaan plasenta, keadaan jalan lahir) dan dari janin (tali pusat pendek, hidrosefalus, kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas) (Dewi, 2009).
2.5.2.3   Penanganan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki, 2000).

2.6    HIDRAMNION
2.6.1    Pengertian
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban ½ sampai 1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya, yang menyebabkan keluhan -keluhan sebagai berikut :
2.6.1.1  Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas.
2.6.1.2  Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban ?2 liter.
2.6.1.3  Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai.
2.6.2    Penyebab
2.6.2.1   Produksi air ketuban bertambah
Yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion. Misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anenchepalus.
2.6.2.2   Pengeluaran air ketuban terganggu
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia aesophagei, anenchepalus atau tumor-tumor plasenta.
2.6.2.3   Terdapat gangguan/sumbatan pada saluran cerna janin
Misalnya bagian kerongkongan yang tidak berlubang atau usus 12 jari yang tersumbat. Sehingga memberikan dampak cairan ketuban lebih banyak dari sebenarnya. Dalam keadaan normal, bayi dalam kandungan selain akan meminum juga akan membuang air kecil dan buang air besar.
2.6.2.4   Adanya infeksi
Infeksi bisa menyebabkan produksi air ketuban lebih sedikit atau lebih banyak.
2.6.3   Gejala dan tanda
2.6.3.1   Sesak nafas.
2.6.3.2   Oedem labia, vulva dan dinding perut.
2.6.3.3   Regangan dinding rahim menimbulkan nyeri.
Gejala ini menonjol jika terjadi hidramion akut.
2.6.3.4   Sulit melakukan palpasi.
2.6.3.5   Bunyi jantung sering tidak terdengar.
2.6.3.6   Perut terasa kembung dan lebih kencang.
2.6.3.7   Kulit perut tampak mengkilap.
2.6.3.8   Terkadang perut terasa sakit ketika berjalan.
2.6.4   Klasifikasi
2.6.4.1   Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.
2.6.4.2   Hidramnion akut
Terjadi pertambahan air ketuban secara tiba-tiba dan secara dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke 5 dan ke 6 (Mochtar, 1998).
2.6.5   Penanganan
2.6.5.1   Jika gejala hidramnion tergolong ringan, anjurkan klien berpantang garam dan dilakukan observasi dan memonitor jumlah air ketuban.
2.6.5.2 Jika jumlah air ketuban bertambah banyak, maka diberikan obat untuk mengurangi sesak dan sakit. Dan jika diperlukan maka akan memasukkan jarum ke dalam kantong air ketuban untuk mengeluarkan sebagian cairan tersebut.

2.7    KETUBAN PECAH DINI
2.7.1    Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggi 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (Manuaba, 1998 : 229).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
2.7.2    Penyebab
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
2.7.2.1   Serviks inkompeten.
2.7.2.2   Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.
2.7.2.3   Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
2.7.2.4  Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi.
2.7.2.5   Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
2.7.2.6  Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
2.7.2.1 Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
2.7.2.2   Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2.7.3    Penanganan
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan  sebagai berikut :
2.7.3.1  Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2.7.3.2   Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
2.7.3.3 Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
2.7.3.4  Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
2.7.3.5  Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
2.7.3.6  Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distantia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
2.7.3.7   Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan (Manuaba, 1998 : 232).
2.8    PENYAKIT JANTUNG
2.8.1    Pengertian
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, kematian janin dalam rahim dan juga dapat terjadi abortus.
Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga terjadi keadaan payah jantung. Puncak-puncak keadaan payah jantung itu akan dijumpai pada waktu :
2.8.1.1   Puncak hemodilusi darah pada minggu 28 sampai 32.
2.8.1.2   Pada saat inpartu.
2.8.1.3   Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar untuk membentuk ASI.
2.8.1.4   Saat laktasi karena kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI.
2.8.1.5  Terjadinya perdarahan postpartum, sehingga diperlukan kekuatan ekstra jantung untuk dapat melakukan kompensasi.
2.8.1.6  Mudah terjadi infeksi postpartum, yang memerlukan kerja tambahan jantung (Manuaba, 1998 : 272).
2.8.2   Tanda dan gejala
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain sesak napas, jantung berdebar, dada terasa berat (kadang-kadang nyeri), nadi cepat, kaki bengkak.
Keluhan-keluhan tersebut timbul di waktu kerja berat. Sedangkan pada payah jantung yang berat dirasa pada saat kerja ringan atau sedang beristirahat/berbaring. Pada saat kehamilan, penyakit jantung ini akan menjadi lebih berat (Dewi, 2009).
2.8.3    Penanganan
Bila bidan mencurigai terjadi penyakit jantung dalam kehamilan sebaiknya melakukan rujukan atau konsultasi kepada dokter. Pertolongan persalinan hamil disertai penyakit jantung sebaiknya menggunakan kontap. Pemakaian metode lainnya selalu memberikan gangguan terhadap kerja jantung (Manuaba, 1998 : 273).
2.9         TUBERCULOSIS
2.9.1    Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada sistem pernafasan (Mansjoer, 2001 : 287).
2.9.2    Gejala dan tanda
Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain batuk lama tak sembuh-sembuh, tidak suka makan, badan lemah dan semakin kurus, batuk darah. Penyakit ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap janin dan tidak memberikan penularan selama kehamilannya. Janin baru akan tertular setelah dilahirkan. Bila tuberkulosa/TBC sudah berat dapat menurunkan kondisi tubuh ibu hamil, tenaga dan termasuk ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya secara langsung (Dewi, 2009).
2.9.3    Penanganan
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur (Mansjoer, 2001 : 287).

2.10     ANEMIA
2.10.1  Pengertian
Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003 : 24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr % pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008 : 281).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 sampai 15 gr %. Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal, yaitu dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan terakhir.
2.10.2  Gejala dan tanda
Gejala dan tanda anemia antara lain adalah pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009).
Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah lemas badan, lesu, lekas lelah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruh anemia terhadap kehamilan antara lain dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan persalinan prematur (Dewi, 2009).
2.10.3  Penanganan umum
Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari sekiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, : 187).

2.11  MALARIA
2.11.1  Pengertian
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
2.11.2  Gejala dan tanda
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain panas tinggi, menggigil sampai keluar keringat (demam), sakit kepala, muntah-muntah, hipogilkemia, edema paru akut.
Bila penyebab malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain abortus/keguguran, kematian janin dalam kandungan, dan persalinan prematur (Dewi, 2009).
2.11.3  Penanganan
Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300 mg/minggu.
2.12     DIABETES MELLITUS
2.12.1  Pengertian
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.
2.12.2  Gejala dan tanda
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila :
1)   Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4 000 gram.
2)  Pernah mengalami kematian bayi dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir.
3)  Ditemukan glukosa dalam air seni (pemeriksaan laboratorium), yang disebut glikosuria.
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning.
Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan tergantung pada berat ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya. Pengobatan diabetes mellitus menjadi lebih sulit karena pengaruh kehamilan. Kehamilan akan memperberat diabetes mellitus dan memperbesar kemungkinan timbulnya komplikasi seperti koma (Dewi, 2009).
2.12.3  Penanganan
Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita penyakit ini (Prawirohardjo, 2008 : 290).
2.13   Nasihat- nasihat untuk Ibu Hamil
2.13.1  Diet dan Pengawasan Berat Badan
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, perdarahan pasca persalinan dan sebagainya. Sedangkan makanan berlebihan karena dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin), dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar dan sebagainya (Mochtar, 19998). Anjurkan wanita tersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak perlu mahal, akan tetapi cukup mengandung protein baik hewani maupun nabati. Seperti diketahui, kebutuhan akan gizi selama kehamilan meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah, mammae yang membesar, dan metabolisme basal yang meningkat. Sebagai pengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai kenaikan berat badan wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg (Wiknjosastro, 2002).
2.13.2  Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak hamil dan baik merokok secara pasif maupun aktif. Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami abortus dan partus prematurus. Maka dari itu, sebaiknya wanita hamil dilarang merokok (Wiknjosastro, 2002).
2.13.3  Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak perlu benar, terutama pada triwulan I dan II kehamilan. Ada obat yang teratogenik sehingga dapat menimbulkan kelainan teratogenik pada janin, misalnya thalidomide, yang sekarang telah ditarik dari peredaran (Wiknjosastro, 2002).
2.13.4  Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandi diperlukan untuk kebersihan/ hygiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan menggunakan sabun yang lembut/ ringan. Mandi berendam tidak dianjurkan (Mochtar, 1998). Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit yang tinggi sebaiknya jangan dipakai, oleh karena tempat titik berat wanita hamil berubah, sehingga mudah tergelincir atau jatuh (Wiknjosastro, 2002).
2.13.5  Koitus
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan (Wiknjosastro, 2002).
2.13.6  Perawatan Gigi
Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami enek dan muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya. Bila kerusakan gigi ini tidak diperhatikan dengan baik, hal itu dapat mengakibatkan komplikasi, seperti nefritis, septicemia sepsis peurperalis, oleh karena infeksi di rongga mulut, misalnya pulpitis yang telah menahun, dapat menjadi sarang infeksi yang dapat menyebar kemana-mana. Maka dari itu bila keadaan mengijinkan, tiap wanita hamil harus memeriksakan giginya secara teratur sewaktu hamil (Wiknjosastro, 2002).
2.13.7  Imunisasi
Tiap wanita hamil yang akan berpergian ke luar negeri dan di dalam negeri dibolehkan mengambil vaksinasi ulangan terhadap cacar, kolera, dan tifus. Dahulu di Indonesia pencacaran merupakan suatu keharusan, maka untuk wanita hamil pencacaran merupakan pencacaran ulang dan tidak membahayakan. Tapi bila ada wabah, maka pencacaran walaupun untuk pertama kali tetap dilakukan untuk melindungi ibu dan janin. Virus vaksin dapat melintasi plasenta dan dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada macam-macam alat dan plasenta. Biasanya infeksi transplasenta hanya terjadi pada wanita hamil yang baru pertama sekali dicacar. Maka dari itu, dianjurkan agar pencacaran pertama sebaiknya dilakukan sebelum tua kehamilan melewati 20 minggu. Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatonum dewasa ini dianjurkan untuk diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2002).
2.13.8  Perawatan Payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena itu, jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang yang dipakai harus sesuai besar payudara, yang sifatnya adalah menyokong payudara dari bawah, bukan menekan dari depan. Dua bulan sekali dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan untuk  mencegah penyumbatan. Untuk mencegah putting susu kering dan mudah pecah, maka putting susu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan dibersihkan menggunakan air sabun dan biocream atau alcohol. Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar (Mochtar, 1998).

BAB III
PENUTUP
3.1       KESIMPULAN
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster-poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
3.2       SARAN
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

         Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito. Medika FK UGM : Yogyakarta
         Mansjoer, A dkk. 2001. Kelainan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
         Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu. Penerbit Media Aesculapius FKUI : Jakarta
         Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo : Jakarta
         Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC : Jakarta
         Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
         Prawirohardjo Sarwono, 2002. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina pustaka : Jakarta
         Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta
         www.badilag.net. Adnan Qohar (2007). Pengertian Etika dan Profesi Hukum. Jombang
         www.blogspot.com. Anonim (2009). Pre-Eklamsia dan Eklamsia. Padang 
         www.blogspot.com. Dewi Ratih (2009). Deteksi Dini Terhadap Komplikasi.
         www.blogspot.com. Lashanta. Kehamilan dengan Letak Lintang.
         www.digilib.ac.id. Anonim. Kehamilan. 
         www.digilib.unimus.ac.id. Rika Dewi. Kehamilan. 
         www.repository.usu.ac.id. Anonim. Kehamilan. Sumatera Utara
         www.scribd.com. Anonim. Kehamilan. Sumatera Utara
         www.scribd.com. Anonim. Komplikasi Kehamilan. Aceh